Oleh Tandi Skober Gedung Putih tahun 2222. Saya beridiri di atas mimbar dicahayai ratusan blitz wartawan. Ini membuat mataku berkerjap-kerjap. Seraya membetulkan letak jasku, aku coba menenangkan diri. Cahaya lampu dan sorot kamera elektronik masih aktif menelusuri wajahku. Ini saya maklumi. Dan ini kudu kulalui dengan tabah. Soalnya, saat ini adalah temu pers perdanaku seusai lima jam yang lalu saya dilantik menjadi Presiden Amerika. Sesaat saya tersenyum. Kulayangkan pandang menelusuri satu demi satu nyamuk-nyamuk elektronika itu. Dan saat suasana hening terkendali, saat itulah kuluncurkan kalimat-kalimat bernuansa filosofis. "Republik ini," ucapku seusai menarik nafas panjang, "‘bukan lagi’ batu nisan raksasa yang merekayasa demokrasi melalui fatwa-fatwa kultural.