Cartoon by Jitet Koestana |
SENI lawak adalah salah satu jenis kesenian yang cukup diperhitungkan kehadirannya. Salah satu ukuran yang bisa dijadikan acuan untuk itu adalah: masyarakat menyukainya. Tentu ini ukuran yang sederhana.
Yang menjadi pertanyaan, benarkah pelawak disukai masyarakat?
Pertanyaan ini ternyata mengundang jawaban dan respon yang amat beragam. Ada jenis jawaban atau katakanlah respon yang benar-benar di luar dugaan. Muncul dari seorang cendekiawan kita; ia mengatakan bangsa Indonesia suka lawak, suka guyon, suka yang segar dan enak-enak, karena bertolak dari kebiasaan kemalasan berpikir.
The Liang Gie, cendekiawan dan penulis buku filsafat seni, mengingatkan agar mahasiswa tidak membiasakan diri dengan mengadakan kegiatan lomba lawak, sebab ada tugas lain yang lebih relevan dan membawa kemajuan bagi bangsa, yakni berkiprah dalam bidang ilmiah.
Kalangan penggemar humor tentu sangat menghargai pandangan-pandangan seperti itu; namun mereka juga punya alasan dan versi yang lain lagi. Bahwa kegiatan berhumor bukanlah kegiatan sekadar hura-hura. Karena peran intelejensia banyak dibutuhkan di seni tersebut. Apakah itu untuk sang kreator, pelaku maupun para penikmat.