Ayo main

Sabar semua kebagian karcis.

Hidangan Pembuka

Asyiiiiiikkkkkkkkk

Nah gitu dong

Terimakasih terimakasih terimakasih

Gedung kesenian ya begini

Setiap aktris aktor atau bintang yang pernah tampil bangga

Apalagi

Mendapat tepuk tangan panjang dan penghargaan yang tak terlupakan

Monday, February 5, 2018

Humor Masa Kini vs Humor Masa Gituuu

Illustrated by Mice Misrad

Oleh Maman Suherman

PUNCHLINE. Ketika saya menyebut istilah ini, seorang komika (stand up comedian) muda dengan gagahnya langsung "nyamber", "Wah, Kang Maman kenal istilah stand up juga." Saya tersenyum saja.

            Dia pun makin semangat menjelaskan, kalau "demam" atau "gelombang dahsyat" stand up comedy di negeri ini selepas 2010-an telah merasuk ke jantung sukma banyak orang, tak terkecuali "orangtua" seperti saya, generasi yang hidup di alam Panggung Srimulat, Jayakarta Group, Bagyo CS, Bagito, bahkan jauh sebelumnya, Kwartet Jaya (Bing Slamet, Ateng, Iskak, Eddy Sud), dan kelompok lawak tradisional Pak Item (Tan Ceng Bok) yang mengisi masa remajaku lewat penampilannya di TVRI yang "Menjalin Persatuan dan Kesatuan", di samping tentunya, Ria Jenaka (1982 -  1988).

Thursday, April 10, 2014

Aneka Komentar tentang Buku “Republik Badut”




Judul: Republik Badut

Penulis: Darminto M Sudarmo

Genre: Satir - Humor Dosis Tinggi
Cetakan : Beranda
Tebal : 240
Ukuran : 14 x 17 cm
Kertas : Book Paper
ISBN : 978-602-99277-8-8
Harga : Rp. 52.000,-

Darminto M Sudarmo melalui “Republik Badut” ini menulis esai-esai tentang berbagai isu, terutama masalah-masalah sosial-politik yang sedang aktual di negeri ini. Esai-esai itu tidak ditulis semata-mata dengan pretensi mau “melucu”; karena dia sebenarnya menuangkan gagasan yang serius tetapi dengan gaya bercanda. Kalaulah kita mendapati kata-kata yang menggelikan hati di sana-sini, itu adalah suatu pilihan gaya menulis yang disebut parodi; tetapi terminologi itu tidak dimaksudkan sebagai “samaran” atau untuk berlindung dari tanggung jawab.

Seperti nama “Republik Badut”; itu tak lain dan tak bukan adalah Republik Indonesia. Pilihan julukan itu pastilah karena sang penulis menganggap situasi di Indonesia saat ini persis panggung dagelan. Dari kacamata komik, situasi sosial-politik Indonesia sekarang, di satu sisi, dipenuhi ulah dan perilaku manusia-manusianya, tak ubahnya pelawak yang mengundang rasa geli; tetapi di sisi lain sesungguhnya itu merupakan tragik kemanusiaan, serba memprihatinkan.
Lewat “Republik Badut”, Darminto mengupas secara kritis, tajam, jernih, dan segar terhadap berbagai persoalan sosial-politik yang karut marut dan nilai-nilai  kemanusiaan yang secara umum mengalami degradasi. Dalam format parodi yang membebaskan penulisnya, tak hanya soal diksi tetapi juga imajinasi, banyak kata dan idiom tak lazim yang muncul di sana-sini. Semua itu bermuara pada pembahasaan persoalan – seserius apa pun – dalam pemaknaan dan pembacaan yang cair.  Esai parodi kiranya menjadi bentuk alternatif karena dianggap lebih bebas, lebih menohok persoalan, dan relatif “tanpa beban”. Spirit itu tak kita temukan pada esai yang ditulis dengan format konvensional; bahasa yang tertib, santun dan efeumistik.
Barangkali ada yang menganggap, esai-esai dalam “Republik Badut” terkesan “main-main” atau seperti bermain kata-kata. Tetapi, Darminto menulis esai-esainya dengan “serius”; artinya, isu, materi dan datanya bisa dipertanggungjawabkan. Fakta-fakta yang dia kutip otentik, dan datanya nyata. Sebutlah isu tentang kenaikan harga BBM, isu redenominasi (“pengerdilan” rupiah), tentang parlemen (DPR) yang ikut “main bola”, dan menyebut kementerian sebagai kapling mesin dana bagi parpol. Atau maraknya “Robinhood” (=koruptor) yang ironisnya justru ‘diapresiasi’ masyarakat. Isu-isu aktual itu diungkap secara lugas dilengkapi dengan datanya.
 “Republik Badut” adalah esai berisi kritik terhadap kondisi riil Indonesia saat ini. Ia seperti merefleksikan suara hati rakyat kebanyakan yang jujur dan apa adanya. Namun, dengan gaya parodi yang ndagel (lucu), esai-esai yang ditulis Darminto justru memperlihatkan bobotnya yang terasa intelek, cerdas dan komprehensif. Ia, misalnya, menerangkan makna Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Pragmatisme dll lewat perbedaan perlakuan terhadap “dua sapi”, yang memberikan edukasi bagi awam sekaligus menerbitkan senyum.
“Republik Badut” niscaya sebuah kumpulan esai yang langka. Ditulis oleh seorang pakar humor Indonesia, bukan untuk melucu apalagi “mentertawakan” kondisi bangsa dan negaranya sendiri; tetapi sebaliknya merupakan wujud empati dan nasionalismenya. (Dst, dst, dst, dst.)
Ardus M Sawega, Mantan Wartawan Kompas.
*
Jangan percaya pada apapun yang ditulis Darminto M Sudarmo. Dia bukan penulis idiot yang menulis segala sesuatu dengan sederhana. Dia sama sekali tidak menulis hal-hal gila dan kurang ajar, tetapi justru sesuatu yang serius dan getir. Dan jika percaya segala yang sedang Anda baca adalah dagelan, segeralah ke rumah sakit jiwa.
Triyanto Triwikromo, Jurnalis dan Sastrawan.
*
RepublikBadutadalahreportasepolitikalaDarminto M Sudarmo.Iatrampilmembuatisyu-isyupolitikaktualmenjadilucu. Isyuimporsapimisalnya, dibuatuntukmendefinisikanberbagaiistilahpolitik-ekonomidenganterminologibaru.Contoh, kapitalisme: Andapunyaduaekorsapibetina. Andajualsatudanmembeliseekorsapijantan.Sosialisme: Andapunyaduaekorsapi, Andaberikansatuuntuktetangga. Ha-ha, pendidikanpolitiklewat humor. Sapitenan (inilebihhalus, daripadakitamengumpatpejabatkitadengan: asutenan…).
Bre Redana, wartawan Harian Kompas
*
Darminto M Sudarmo, pakar humor yang sangat kaya data, informasi, dan rujukan. Tulisan-tulisannya menganalisis setiap kejadian apa pun di Indonesia – dengan cara pandang humor. Gaya bahasanya lincah, cekatan, dan dinamis berpelantingan. Menertawai kondisi zaman, untuk mengajak Pembaca memandang kehidupan berbangsa Indonesia, dengan perspektif maha luas.
Buku “Republik Badut” – bukunya yang kesekian ini – mencubit tanpa sakit, mengkritik secara menggelitik. Lebih dari melucu, humornya memiliki kedalaman filosofis, sekaligus kontemplatif. Sangat tepat jadi referensi para akademisi maupun praktisi. Cocok sebagai acuan bagi para politisi, pelaku usaha, pakar sosiologi, hukum, psikologi, komunikasi, serta para mahasiswa segala jurusan.
Semoga penulisnya tidak segera dipanggil Presiden, Mahkamah Konstitusi, DPR, Mabes TNI, Mabes Polri, Kejaksaan Agung, karena telah mengubah nama NKRI menjadi NKRB, Negara Kesatuan Republik Badut.
Prasetyohadi Prayitno, Sasterawan, staf pengajar “Interstudi” dan pemimpin redaksi majalah “Kicau Bintaro”
*
Untukdapat membacasebuahtulisanlucu,dibutuhkanpengetahuandankemampuanmelucu.Sehinggauntukmenilaikelucuandalamtulisanpolitik, sosial, ekonomi, seseorangjugaharuspunya ‘reference’ tentangpolitik, sosial, ekonomi yang memadaisehinggamampumenangkapkelucuanitu.

Mengikutitulisan-tulisanDarminto M Sudarmo, bukan main terseok-seokakibatperhatianpolitik, sosial, ekonominegeriinitelah lama sayakendorkan.Sayaterbahak-bahaksetelahsayamendudukkanperistiwa-peristiwaitudenganbenar, yaitudi sebuahnegara yang namanya REPUBLIK BADUT. Pas, taklebihtakkuranghanya di negarasemacamitulahperistiwainibisaterjadi.

Sayaamatgembiralakon-lakoninitelahterekamdenganbaik, saatmanakitamasihmemaknaisebagaisebuahkelucuan.Karenasayapercaya, satudekadelagikehidupaninidiputarmakasesungguhnyakelucuan-kelucuanituadalah KEBIADABAN.

Heru S Sudjarwo, PenelitiRupa&KarakterWayangPenulisdanperupa‘agak’ idiot
*
REPUBLIK BADUT adalah sebuah ikhtiar menjaga kewarasan jiwa di zaman edan: zaman yang memanjakan keserakahan, zaman yang membiarkan otak bertahta di dengkul. Jika Anda masih bisa menemukan kelucuan-kelucuan kemudian tersenyum dan tertawa, meskipun pahit, membuktikan Anda masih "gila" tingkat pemula alias waras jiwanya.
Butet Kartaredjasa, aktor alias pengecer jasa akting.
*
Setelah membaca buku ini, ada dua kemungkinan reaksi Anda. Pertama, Anda akan tertawa terbahak-bahak tanpa henti, karena sulit melupakan kelucuannya. Atau, kedua, Anda akan tertawa sejenak, lalu berhenti dan menangis. Karena bahan lelucon buku ini bukan hasil fantasi dan imajinasi penulis, melainkan realitas faktual, benar-benar terjadi di sebuah negeri yang telah terkoyak oleh nafsu keserakahan sebagian (besar) pemimpinnya. Selamat membaca, tertawa dan menangis!
Winarto, jurnalis, trainer dan dosen komunikasi.
*
''Tak ada humor yang  lewat tanpa kehadiran Darminto. Menyebut kata humor tanpa menyebut namanya adalah sebuah kesalahan. Lebih-lebih saat  humor kini  sedang buka cabang di mana-mana ini: ada ironi, ada parodi, ada satire, kehadiran Darminto sungguh makin tegas kedudukannya. Ia adalah Penjaga Gawang Humor Indonesia, tempat seluruh anak cabang humor dicatat, dirawat dan dimaknai.''

Prie GS, penyuka humor. Murid kehidupan Darminto.
*
"Kenapa orang tertawa? Ada macam-macam teorinya. Juga ada macam-macam cara untuk membat orang tertawa. Karena tertawa juga banyak maknanya, tergantung konteksnya. Tapi yang pasti, Darminto M. Sudarmo, termasuk satu dari sedikit orang yang mampu membuat orang 'tertawa' melalui tulisannya. Kadang tulisan yang agak panjang pula. Dan membaca tulisan Darminto memang perlu ada referensi agar kita bisa tertawa, lalu merenungkannya. Darminto adalah Art Buchwald-nya Indonesia."
Kemala Atmojo, Pencinta Humor, Mantan Pemred Majalah MATRA.
*
Negera ini memang pantas disebut sebagai Republik Badut. Buku ini mencatat berbagai kekonyolan yang terjadi di negara ini, dan menyajikannya dengan aroma yang kocak sekaligus cerdas dan mencerahkan.
Ahmadun Yosi Herfanda, pengajar dan pelayan sastra.
*
"Dagelan paling sesuai faktaisasi, dipenuhi kisah kudetaisasi, dijamin bikin labilisasi republik ini. Wassalam."
Toni Masdiono, seniman galau.
*
Himpunan dagelan yang cerdas, tajam, sekaligus mengharukan.
Jika dagelan lahir dari kedalaman qalbu, hasilnya paduan kekocakan dan kemirisan yang sama-sama menguras air mata
Kisah Negeri Dagelan yang dengan cantiknya menohok semua lapisan, sekaligus edukatif.
Rini Clara, akitivis seni-budaya.
*
Hahaha.. STOP! Melarang orang ketawa itu kejahatan kemanusiaan terbesar, melanggar hak asasi mendasar manusia. Juga, ketawa perlu alasan kuat, pemikiran mendalam, referensi cukup, dan kematangan jiwa. Tersenyum asam, itu akibat langsung dari ekspresi ketawa yang tersendat. Ada tekanan psikologis kompleks sebagai penyebabnya. Oleh karena itu ketawa adalah hasil proses pemikiran mendalam, jauh ke depan, visioner sekaligus reaksioner pasif. Oleh karena itu ketawa tanpa alasan kuat sudah masuk ranah psikiatri.

Membaca Republik Badut karya Darminto M. Sudarmo cukup aman dari ancaman dokter jiwa, sebab ia menyuguhkan fakta-fakta aktual, tak terelakkan, sulit dibantah atas negeri ini. Ia seorang humoris yang saya kenal lama, baik lewat tulisan maupun tatap-muka. Dan, kata Arwah Setiawan, humor itu serius, jadi membaca bukunya dan ketawa atau tersenyum masam, menjadi “ijazah” bahwa Anda sebagai orang yang paham masalah. Tidak membeli buku ini sebuah dosa terbesar yang tak terampunkan hingga Hari Kiamat ke-II!

Adji Subela, jurnalis senior, aktivis seni-budaya.

*
Politik lebih sederhana bisa disebut cara, tepatnya taktik, dan seindah-indahnya “cara” disampaikan secara menggelitik. Itu sebabnya politikus yang taktis ialah mereka yang mempunyai kemampuan komedik, sebagaimana Soekarno pernah menjadi bintang indah di sidang PBB. Usai makan siang di perjamuan meja bundar di Gedung PBB, Bung Karno mengisap rokok kretek. Asap rokok tentu saja membuat semua batuk-batuk, terutama Perdana Menteri Belanda yang duduk di sampingnya. Kepada Sang PM dengan kalem Bung Karno berkata, “ini tembakau yang membuat bangsa anda dulu menjajah bangsa kami...” Kalimat tragik-komik politik ini membuat semua tertawa tergelak, termasuk Sang PM yang sontak memeluk Soekarno.
Esei-esei tragik-komik Darminto M Sudarmo menggelakkan satu kesadaran, bagaimana menyikapi politik secara indah. Saya kira, terutama, para politisi kita yang masih mengalami ketegangan berpolitik, perlu membaca buku “Republik Badut” untuk mengendurkan syaraf-syaraf mereka. Meski, demi kejujuran saya mesti mengkritik judulnya, bahwa bukan republik ini yang banyol, tapi para politisinya yang konyol.
Eko Tunas, Sasterawan
*
Bicara tentang Republik, konon katanya kata itu berasal dari  kata Re = kembali,  dan Public = rakyat. Oleh karenanya,  semua hal  kembali kepada rakyat . Semua milik rakyat, semua oleh rakyat, dan semua untuk Rakyat. Jadi ya mestinya tidak ada yang disebut maling, koruptor, perampok, kalau sebagian rakyat yang `kebetulan` sedang berada pada posisi dan waktu yang tepat, duduk  dalam struktur jabatan masyarakat yang disusun oleh rakyat, mengambil harta rakyat. Toh.. dia kan juga rakyat.
Mungkin begitulah sebagian besar alur logika dalam Republik Badut ini, semua serba boleh, tidak ada salah,tidak ada benar, karena semua sudah manunggal dalam kawulo dan Gusti. Yang mengatur dan yang diatur sudah jadi menyatu, sehingga tidak perlu ada aturan lagi. Karena semua sudah teratur...teratur dalam ketidak teraturan. Yah..begitulah namanya Republik Badut.
Agus Sulistiyo, Pandagan - Character Building Society.
*
“REPUBLIK BADUT” ….? Mungkininihanyaakankitatemukandipanggungteater, ketoprak humor, panggungsrimulatataucerita film komedisaja. Bagaimanatidak, hanyadi “REPUBLIK BADUT” elitpenguasanyamulaidaripresiden,menteri,penegakhukumnya,aparatkemanan, dananggotadewan yang katanyaterhormat alias DPRbisadijabatolehsekelompokbadut-badut.Tapisemuainimenjadinyatadisajikandalam“REPUBLIK BADUT” yang ditulisolehjuragan joke danceritakonyolmasDarmintoMSudarmo, yang manapolahtingkahpenguasarepublikini, yang sangatkonyol, tolol, dangakmasukakaldiceritakandenganguyonan yang segar.Terusterang “REPUBLIK BADUT” membukamatakitabetapalucunyanegeritercintakitaini……selamattertawaaaa……..
TIYOK BUDI SETYO WIDODO, Kartunis/Ilustrator Harian Media Indonesia.
*
Humor dan satir senyatanya aksi agresif. Buku ini memprovokasi Anda untuk melakukan hal yang sama, beramai-ramai, dengan sasaran para penguasa yang korup dan gerombolan politikus yang hipokrit. Karena rasanya setiap hari mereka semakin beranak-pinak saja di negeri kita ini.
Tawa ejekan dan olokan kita pantas dilakukan karena humor senyatanya juga merupakan senjata bagi rakyat yang berbudaya dan masih memiliki akal sehat. Bukankah negarawan Inggris Winston Churchill pernah berujar, “Lebih baik adu olok daripada adu golok ?” Jadi, bagi Anda yang sudah siap-siap menghunus golok, tahan dulu. Buku ini harus Anda baca dulu. Begitu Anda sudah tamat membacanya, silakan tamparkan sekeras-kerasnya ke wajah-wajah mereka yang kita percayai untuk berkuasa tetapi mengingkarinya !
Bambang Haryanto, penulis buku Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010) dan Komedikus Erektus : Dagelan Republik Semangkin Kacau Balau (2012). Facebook : bbharyanto.
*
Buku ini sangat pas terbit menjelang tahun pemilu di Republik Badut. Sangat tepat karena semua orang sedang membicarakan politik dari soal partai politik, caleg sampai siapa calon presiden periode mendatang. Namun bisa jadi buku ini akan kalah lucu dengan keseharian politisi yang kita saksikan di spanduk, baliho atau berita di media massa. Tetapi daripada Anda penasaran mana yang lebih lucu, buku ini atau di media massa, sebaiknya Anda membeli (jangan meminjam apalagi mencuri) buku ini di toko buku terdekat. Bacalah dan Anda akan membuktikan buku ini lebih lucu dari keanehan politisi kita di media massa. Mengapa? Karena buku mengupas setiap peristiwa politik dengan pisau analisa humor. Bahkan peristiwa politik yang biasa saja bisa menjadi lucu. Jika Anda masih tak percaya dengan komentar saya ini, sekali lagi saya sarankan membeli buku. Jangan meminjam, karena kata Gus Dur: meminjamkan buku kepada orang lain adalah perbuatan bodoh, tetapi mengembalikan buku yang kita pinjam adalah perbuatan orang gila!
Tri Agus Susanto Siswowiharjo, dosen di Prodi Ilmu Komunikasi STPMD "APMD" Yogyakarta.
*
Republik Badut sudah aku baca....keren..! Mencerahkan...ternyata satiris/humoris itu orang yang jenius ya....!
Muhammad Subarkah, Wartawan Harian Republika.

 *

Baru membaca judulnya saja, buku ini sudah membuat kita tersenyum. Republik Badut, entah di mana republik ini berada. Kalau ada nama, tempat, dan cerita yang sama, itu sebenarnya disengaja, biar kita bisa ber-cangar-cengir sambil membacanya. Dan, untuk target ini, sang penulis benar-benar berhasil.

Lewat tuturan-tuturannya yang satire, santai, dan di sana-sini terkesan main-main, tetapi sesungguhnya sang penulis tidak sedang bermain-main.

Sungguh, ini sangat jauh lebih baik ketimbang ada sebuah negeri yang seharusnya ditangani secara serius namun justru ditangani secara main-main.

M. Djoko Yuwono (Jurnalis, pegiat seni dan budaya).

*
Buku karya salah satu empu humor di tanah air ini tak membuat saya tertawa lebar seperti saat menyaksikan dagelan panggung. Namun saya yakin bahwa Mas Darminto, sang empu humor, memang tidak bermaksud untuk membuat pembaca mengekspresikan tawa seperti itu.
Kepiawaiannya mengolah kata-kata dari sederet fakta, serta kepekaannya menangkap fenomena kehidupan negarawi yang diimbangi dengan ketajaman dalam melakukan interpretasi, telah memungkinkan Mas Darminto mendokumentasikan dagelan para elit politik yang makin menggerogoti rasion d’etre berdirinya Republik tercinta.
Membaca buku ini dari tanah seberang membuat saya tersenyum trenyuh,  mengalami mixed feelings antara rasa kangen tanah air dan rasa miris membayangkan sebagian besar rakyat jelata yang dijadikan mainan para politisi yang makin jauh dari tatakrama kenegarawanan.
Saya ingin mengajak siapa saja yang peduli masa depan negeri kita untuk melakukan kontemplasi dengan membaca buku ini. Salam.
Wisnu T Hanggoro, bekerja pada Southeast Asian Press Alliance [SEAPA], Bangkok, Thailand.
*
Buku “Republik Badut” ini mendapat penguatan oleh tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi oleh KPK. Sungguh tiada tandingan keadaan runyam yang dialami oleh bangsa Indonesia pada saat ini. Produk-produk MK bersifat final dan mengikat, tak mempan digugat, seperti keputusan juri yang meniadakan surat menyurat. Ibarat sopir bajaj di Jakarta, hanya dia dan Tuhan yang tahu kapan dan ke mana berbelok….. Jangan menangis kalau terlanjur beli buku ini seberapapun sedih dan kecewa dengan negerimu. Tertawalah, dijamin lebih sehat dan bermartabat.
Efix Mulyadi, Wartawan Senior (d/h Harian Kompas).
Tertarik mengoleksi: Klik di Sini!

Monday, October 21, 2013

BUKU HUMOR PENUH INSPIRASI



ANDA PASTI PUAST MEMBACA BUKU INI

Sem Lumbangaol, pria asal Indonesia yang kini bermukim di Kanada tampaknya  tak  dapat tinggal  diam. Entah karena ia  sedang “kesurupan” virus humor atau karena otaknya sedang kedatangan
gagasan  lucu  yang  berdesak-desakan  minta  dikeluarkan;  Sem  tak dapat  untuk  menahan  itu  sehingga    ia  bertekad  menuangkan semuanya  dalam  sebuah  buku  yang  diberi  judul  “Pesona  Humor”.

Ya,  akhirnya  buku  itu  jadilah  dan  kini  sedang  ada  di  tangan  Anda. Di  sampul  depan  tertulis  nama  pengarangnya  Dr.  Sem Lumbangaol,  MBA  (Dari  Sem  Lumbangaol,  Makin  Botak  Aje).  Jelas terlihat, pria ini  memang terhuni virus nakal yang beranak-pinak dan Berbeda  dari  penulis  humor  lain  yang  kebanyakan  hanya berfokus  pada  penulisan  joke  dan  oneliner,  Sem  justru  memulai dari  tema  yang  cukup  simpatik;  berangkat  dari  khasanah  budaya sendiri,  budaya  Indonesia.  Seni  pantun  dan  puisi,  salah  satunya.


Pesona Humor adalah:

Sebuah Buku Humor Yang Unik dan Mengelitik

Ratusan Karikatur Yang Lucu Menghibur Anda

Mengupas Persoalan Cinta dan Rumah Tangga

Tips Humor: Rahasia Hidup Sehat dan Bahagia

Humor Politik: Dari Kasus Daging Sapi Hingga Hambalang

Simak Kisah Kasih Jokowi Ahok:
•    Kisah Cinta Membara
•    Arti Nama Jokowi dan Ahok
•    Jokowi Yang Disayang
•    Jokowi dan Ahok Bermarga Batak?
•    Surat Terbuka Untuk Jokowi
•    Pidato Politik Jokowi
•    Chemistry Jokowi dan Ahok
•    Wawancara Khusus

Info selengkapnya klik Pesona Humor.

Sunday, June 9, 2013

Informasi tentang Buku Kecerdasan Humor









Monday, May 6, 2013

Menjadi Pembicara Publik Humoris


HQ - Humor Quotient - Kecerdasan Humor


Lihatlah pemandangan di sekitar Anda. Di mana-mana, setiap terlihat banyak manusia berkumpul, selalu ada lingkaran orang dengan seseorang yang menjadi pusat perhatian mereka. Orang-orang yang menjadi pusat perhatian banyak orang ini lazim disebut sebagai “Sang Bintang”. Bintang pergaulan.

Orang ini biasanya berwajah segar, energik dan dengan sepenuh hati menceriterakan sesuatu sehingga membuat orang-orang di lingkarannya dengan takzim menyimak dan mengikutinya. Dalam situasi seperti itu, cerita paling menarik bagi orang-orang yang ada di lingkaran itu adalah cerita lucu. Cerita yang menuju pada suasana penuh gelak tawa.

Topiknya bisa apa saja. Dari gossip hingga politik. Dari seni hingga otomotif. Tujuan dari reriungan itu tetap saja satu: penyegaran suasana. Stimulus yang paling efektif untuk menciptakan suasana yang segar adalah cerita humor. Cerita yang dapat menghadirkan suasana penuh gelak tawa dan kegembiraan. Itulah aksi para bintang pergaulan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Aksi yang membuat kita semua pulang dari acara dengan perasaan nyaman dan penuh kesan.

Pembicara publik humoris juga demikian. Hanya saja mereka lebih banyak berkiprah di suasana seminar atau presentasi. Berbeda dari para pembicara publik umumnya, yang serius, tegang dan kadang membosankan, para pembicara humoris sangat menyadari bahwa kehadirannya di suatu seminar atau presentasi selain menyampaikan pesan penting juga harus menghibur audiens-nya. Bahkan, bila yang tampil pembicara humoris professional, audiens tidak menyadari, mereka pikir hanya menikmati suasana segar penuh gelak tawa, ternyata diam-diam mereka juga merasakan ada informasi atau pesan yang masuk ke dalam pengertian mereka. Sambil bersenang-senang pengetahuannya bertambah.

Mengapa hiburan menjadi penting dalam sesi tersebut? Ya, bahkan sanggat penting. Seringkali orang mau mendatangkan seorang pembicara dengan bayaran mahal karena alasan hiburannya itu. Seperti kata Steve Allen, “Orang berani membayar mahal untuk hiburan tapi tidak untuk pendidikan.” (HQ-Humor Quotient – Kecerdasan Humor, hal 117). Fakta ini mungkin agak menyengat rasa budaya kita, namun begitulah dunia entertainment.

Pertanyaannya adalah, benarkah hanya pembicara publik humoris professional yang berhak untuk tampil menarik, disenangi dan mendapatkan bayaran mahal? Tentu saja tidak. Setiap orang, termasuk Anda berhak untuk menjadi pembicara publik humoris yang berhasil. Tetapi kalau tidak lucu bagimana? Mari kita lihat nasihat Melvin Helitzer, “Ayo saudara-saudara, janganlah ragu, you can do it, even if you are not funny!”,Anda juga dapat melucu meskipun Anda bukan orang yang lucu. Itu artinya, dengan berbekal bahan lelucon yang siap saji, siapapun yang membawakannya hasilnya tetap saja lucu. Tentu saja untuk kasus ini perlu menyimak penjelasan teknis dan cara melaksanakannya dengan benar.

Profesi apa saja yang relevan dengan formula ini? Banyak, banyak sekali. Baik Anda: masyarakat umum, karyawan, petugas promosi, manajer, pemasar produk, HRD, birokrat, pelobi, creative director, direktur, diplomat maupun seorang juru kampanye! Apalagi Anda seorang akademisi, peneliti, profesional, pelatih diklat, presenter, copywriter, wartawan, penulis, musisi, seniman, kartunis, pelawak, comic, creative people, EO seni. motivator, pembicara publik, penyuluh lapangan, pendakwah, dosen maupun guru!

Pendek kata, setiap profesi yang berhubungan dengan orang lain, sesungguhnya memerlukan humor sebagai alat persuasi untuk memperlancar komunikasi sehingga mencapai keberhasilan sesuai yang diharapkan. Hakikatnya, humor (dikirim secara tepat waktu dan sasaran) akan menciptakan keakraban dan kegembiraan.  Keakraban dan kegembiraan dapat mengubah hal-hal yang semula mustahil menjadi nyata!

Tentu saja ini tantangan bagi Anda yang berkeinginan serius meniti karier di bidang humor. Pelawak atau komedian berbeda dengan pembicara humoris, namun itu bukan berarti pelawak tak dapat meniti karier di bidang tersebut. Pelawak tunggal (stand up comedian)  kenyataannya hampir mirip dengan pembicara publik humoris; yang bentuk komunikasi kepada publiknya hampir tak ada bedanya. Meskipun demikian bagi pelawak konvensional (biasa tergabung dalam grup atau merupakan bagian dari sebuah galatama) perlu menyiapkan sejumlah perangkat untuk dapat berkiprah di lahan pembicara publik humoris karena disiplin dan prosedurnya memang relatif beda (lin).

Friday, October 26, 2012

Buku Baru Satir Sosial Politik Darminto M Sudarmo




Buy it ... Click Here!

Pelawak Indonesia Popular

Pelawak Indonesia Popular