Monday, May 6, 2013

Menjadi Pembicara Publik Humoris


HQ - Humor Quotient - Kecerdasan Humor


Lihatlah pemandangan di sekitar Anda. Di mana-mana, setiap terlihat banyak manusia berkumpul, selalu ada lingkaran orang dengan seseorang yang menjadi pusat perhatian mereka. Orang-orang yang menjadi pusat perhatian banyak orang ini lazim disebut sebagai “Sang Bintang”. Bintang pergaulan.

Orang ini biasanya berwajah segar, energik dan dengan sepenuh hati menceriterakan sesuatu sehingga membuat orang-orang di lingkarannya dengan takzim menyimak dan mengikutinya. Dalam situasi seperti itu, cerita paling menarik bagi orang-orang yang ada di lingkaran itu adalah cerita lucu. Cerita yang menuju pada suasana penuh gelak tawa.

Topiknya bisa apa saja. Dari gossip hingga politik. Dari seni hingga otomotif. Tujuan dari reriungan itu tetap saja satu: penyegaran suasana. Stimulus yang paling efektif untuk menciptakan suasana yang segar adalah cerita humor. Cerita yang dapat menghadirkan suasana penuh gelak tawa dan kegembiraan. Itulah aksi para bintang pergaulan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Aksi yang membuat kita semua pulang dari acara dengan perasaan nyaman dan penuh kesan.

Pembicara publik humoris juga demikian. Hanya saja mereka lebih banyak berkiprah di suasana seminar atau presentasi. Berbeda dari para pembicara publik umumnya, yang serius, tegang dan kadang membosankan, para pembicara humoris sangat menyadari bahwa kehadirannya di suatu seminar atau presentasi selain menyampaikan pesan penting juga harus menghibur audiens-nya. Bahkan, bila yang tampil pembicara humoris professional, audiens tidak menyadari, mereka pikir hanya menikmati suasana segar penuh gelak tawa, ternyata diam-diam mereka juga merasakan ada informasi atau pesan yang masuk ke dalam pengertian mereka. Sambil bersenang-senang pengetahuannya bertambah.

Mengapa hiburan menjadi penting dalam sesi tersebut? Ya, bahkan sanggat penting. Seringkali orang mau mendatangkan seorang pembicara dengan bayaran mahal karena alasan hiburannya itu. Seperti kata Steve Allen, “Orang berani membayar mahal untuk hiburan tapi tidak untuk pendidikan.” (HQ-Humor Quotient – Kecerdasan Humor, hal 117). Fakta ini mungkin agak menyengat rasa budaya kita, namun begitulah dunia entertainment.

Pertanyaannya adalah, benarkah hanya pembicara publik humoris professional yang berhak untuk tampil menarik, disenangi dan mendapatkan bayaran mahal? Tentu saja tidak. Setiap orang, termasuk Anda berhak untuk menjadi pembicara publik humoris yang berhasil. Tetapi kalau tidak lucu bagimana? Mari kita lihat nasihat Melvin Helitzer, “Ayo saudara-saudara, janganlah ragu, you can do it, even if you are not funny!”,Anda juga dapat melucu meskipun Anda bukan orang yang lucu. Itu artinya, dengan berbekal bahan lelucon yang siap saji, siapapun yang membawakannya hasilnya tetap saja lucu. Tentu saja untuk kasus ini perlu menyimak penjelasan teknis dan cara melaksanakannya dengan benar.

Profesi apa saja yang relevan dengan formula ini? Banyak, banyak sekali. Baik Anda: masyarakat umum, karyawan, petugas promosi, manajer, pemasar produk, HRD, birokrat, pelobi, creative director, direktur, diplomat maupun seorang juru kampanye! Apalagi Anda seorang akademisi, peneliti, profesional, pelatih diklat, presenter, copywriter, wartawan, penulis, musisi, seniman, kartunis, pelawak, comic, creative people, EO seni. motivator, pembicara publik, penyuluh lapangan, pendakwah, dosen maupun guru!

Pendek kata, setiap profesi yang berhubungan dengan orang lain, sesungguhnya memerlukan humor sebagai alat persuasi untuk memperlancar komunikasi sehingga mencapai keberhasilan sesuai yang diharapkan. Hakikatnya, humor (dikirim secara tepat waktu dan sasaran) akan menciptakan keakraban dan kegembiraan.  Keakraban dan kegembiraan dapat mengubah hal-hal yang semula mustahil menjadi nyata!

Tentu saja ini tantangan bagi Anda yang berkeinginan serius meniti karier di bidang humor. Pelawak atau komedian berbeda dengan pembicara humoris, namun itu bukan berarti pelawak tak dapat meniti karier di bidang tersebut. Pelawak tunggal (stand up comedian)  kenyataannya hampir mirip dengan pembicara publik humoris; yang bentuk komunikasi kepada publiknya hampir tak ada bedanya. Meskipun demikian bagi pelawak konvensional (biasa tergabung dalam grup atau merupakan bagian dari sebuah galatama) perlu menyiapkan sejumlah perangkat untuk dapat berkiprah di lahan pembicara publik humoris karena disiplin dan prosedurnya memang relatif beda (lin).

0 comments:

Pelawak Indonesia Popular

Pelawak Indonesia Popular