Saturday, August 29, 2009

Grafis Sepatu Butut by Jim B Aditya

Orang yang besar adalah orang yang bisa menaruh hormat kepada sepatunya. Jika dibandingkan dengan aksesori lain, sepatu memang paling jarang mendapat perhatian. Tidak seperti baju, atau celana, atau celana dalam, yang selalu ditaruh di tempat yang necis dan wangi, dan sekali pakai langsung di cuci. Sepatu setelah dipakai biasanya langsung disorongkan begitu saja ke bawah meja atau kursi, dan dicuci paling banter tiga bulan sekali. Itu pun kalau ingat. Padahal apa sih istimewanya celana dalam jika dibadingkan dengan sepatu? Kalau Anda menghadap seorang Presiden tanpa memakai celana dalam, saya yakin tidak akan menimbulkan masalah yang serius selama Presidennya tidak tahu (bahkan kalau ada yang memberi tahu pun - kok usil amat ya - mungkin dia akan kura-kura dalam perahu. Jengah juga kan seorang Presiden harus mengurusi cd orang). Tapi coba bayangkan kalau Anda menghadap seorang Presiden dengan berkaki ayam, wah... itu bisa dianggap penghinaan serius. Melecehkan kewibawaan.
Hehehe... Sepatu biasanya terbuat dari kulit binatang, seperti sapi, ular, buaya, dan biawak. Belum pernah ada penelitian tentang seberapa kuat pengaruh kulit sepatu dengan orang yang memakainya. Misalnya orang yang suka memakai sepatu dari kulit buaya apa punya kecenderungan untuk bersifat seperti buaya. Tapi orang yang memakai sepatu dari kulit ular biasanya punya mulut yang lebih berbisa daripada masyarakat jelata yang memakai sendal. Di samping berfungsi untuk melindungi kaki dan mendatangkan rasa nyaman bagi pemakainya, sepatu juga dapat mendongkrak gengsi seseorang. Tak heran kalau ada sepatu yang harganya sampai jutaan. Namun seberapa pun mahal dan besar jasanya, apa ada orang yang mau menaruh hormat kepada sepatunya? Apa lagi sepatu butut atau sepatu bekas. Kecuali mungkin sepatu bekas melempar George W Bush, milik Muntadar Al-Zeidi, wartawan Irak, yang konon harganya sempat mencapai $10 jt. Selain setia, sepatu juga pintar menyimpan rahasia. Dia tidak akan cerita saat dia dipakai untuk menginjak kepala orang, atau menendang bokong mahasiswa yang lagi berdemo. Sepatu tidak akan sakit hati dan bernyanyi saat dia ditinggal di kolong ranjang sementara tuannya enak-enakan bobok siang dengan pasangan selingkuhannya. Sepatu siap tutup mulut ketika melihat tuannya menerima uang suap atau uang hasil korupsi. Sepatu juga tidak akan protes ketika diajak menempuh jalan sahit bersama tuannya.

2 comments:

This comment has been removed by the author.

sangat menarik, saya tidak pernah berfikir seperti apa yang anda tulis ini. entah mengapa, menyenangkan sekali membaca tulisan ini he he he, saya sampai membacanya berkali-kali.

Pelawak Indonesia Popular

Pelawak Indonesia Popular