Friday, October 9, 2009

Santai Sejenak oleh Imam Tantowi

Penakluk Noni Belanda. Itu julukan yang selalu dia andalkan kalau sedang bercerita dihadapan anak-anak muda yang sedang nunggu sholat Ashar. Aku masih anak kecil, tapi dibolehkan mendengar ceritanya, karena aku cucu buyut kesayangannya. Dia pernah di bui karena orang tua Juliana Shoemaker, staf BPM (Bataavsche Petroleum Matchapij) di kotaku tidak terima anak gadisnya dibawa lari Kasan Madrowi. Buyut Kasan wataknya keras. Dia menikahi buyut perempuanku hanya untuk menyenangkan hati emaknya yang tidak malu melihat dia terus melajang sesudah dibebaskan dari penjara. Aku masih kecil ketika hampir setiap sore buyut Kasan bercerita bagaimana Juliana Schoemaker jatuh cinta setengah mati, Juliana hanya mau diantar oleh Kasan salah seorang dari sekian banyak kacung di rumahnya, kalau pergi ke sekolah, maupun ke klub. Bahkan teman-teman lelaki Juliana selalu cemburu pada Kasan. Sebenarnya Kasan Madrowi tidak tampan, kulitnya legam, matanya agak kemerahan, dan senyumnya selalu terkesan menyeringai...
Dia ditangkap, karena kedapatan bermesraan dengan Juliana dekat kamar mandi rumah, digebuki polisi, kemudian dibui. Aku selalu terobsesi, dengan kehebatan buyut Kasan Madrowi, sehingga ketika aku pulang dari Perancis dengan membawa isteriku Jeanette Truffaut yang asli Perancis dari Rennes, yang paling ingktikan bahin kutemui adalah buyut Kasan. Aku ingin membua akupun mampu seperti buyut. Sudah kuduga buyut Kasan terkagum-kagum, apalagi ketika kukatakan bahwa dia isteriku. “Kamu culik dia ?” “Kami menikah di catatan sipil disana Yut, di Paris, dia sama seperti Juliana yang cinta setengah mati sama Buyut. Jeanette juga cinta habis sama aku” Buyut Kasan hanya ternganga, hingga giginya yang ompong tampak terbuka, rongga mulutnya nyaris total terbuka. Aku sering cerita sama Jeanette, bahwa buyutku pernah masuk penjara, karena kekasihnya yang gadis Belanda minta kawin lari, orang tua gadis itu menolak keras anaknya kawin sama pribumi..... Kasan Madrowi seperti tidak percaya, dia memandangi Jeanette yang tersenyum lucu kepada lelaki tua itu. “J'aime vraiment lui, le grand-père” Kata Jeanette sambil senyum lucu.... Aku menerjamahkan omongan Jeanette, bahwa dia sangat mencintaiku. Buyut Kasan semakin kagum, kemudian kami pamit meninggalkan lelaki tua yang memandangi kepergian kami dengan menyelidik dan kurang percaya. Terakhir aku dengar cerita dari mbah Darmo teman sekerja buyut Kasan, bahwa sebenarnya buyut Kasan di bui bukan karena mau kawin lari sama Juliana Schoemaker, tapi karena tertangkap basah sedang ngintip Juliana mandi dari genteng kamar mandi di rumah tuan Asmus Shoemaker.... Jakarta, 12 Juni 1987 HADIAH LEBARAN Oleh Imam Tantowi Tanpa kusengaja, aku mendengar pertengkaran kecil suami isteri waktu memasuk-masukan belanjaan kedalam bagasi mobilnya yang diparkir di pinggir jalan komplek pertokoan. “ Bagaimana bisa cukup, lebaran kemarin saja lima belas juta, kurang kan pa ? Papa tau sendiri buat semua saudara papa sudah hampir tuju juta sendiri, buat keluarga mama, lima juta, buat baju si Pipin aja udah berapa, itu mama nggak beli apa-apa…., sekarang malah cuma sepuluh juta…… “ Lelaki berkacamata yang sangat mungkin adalah suami dari wanita muda itu hanya menunduk… “Mama si nggak sanggup…harus menanggung malu…..” “Mau bilang apa, memang keuangan perusahaan, lagi kurang bagus. Beruntung masih dapat Hadiah lebaran…” Bibir perempuan itu seperti cantelan baju, kemudian masuk kedalam mobil sambil menggebarka pintu mobilnya. Si Lelaki berkaca mata hanya menghempaskan nafas, kemudian masuk dan menstart mobilnya, lalu meninggalkan jalanan itu. Aku kasihan melihat suami isteri itu…, mereka pasti sangat menderita dalam menikmati hari lebarannya. Rasa letihku sudah berkurang, kembali aku mendorong gerobakku. Baru sedikit barang-barang yang bisa kupulung hari ini…. Jakarta seperti semakin dekat dengan matahari, panasnya benar-benar mengeringkan ubun-ubunku, mengeringkan sisa ludah ditenggorokku…. Di belokan menuju ke perumahan dengan pohon-pohon peneduh, sebuah mobil berhenti seperti sengaja menghadang jalanku. Aku malas menghindar, gerobak kuhentikan dengan rasa kesal. Seorang lelaki tua turun, mendatangiku. Seluruh elemen yang ada diwajahnya tersenyum, bibirnya, matanya, bahkan kulit wajahnya terasa memancarkan senyum. Setelah mengucap salam, dia memberikan sebuah amplop cokelat, kemudian menyalamiku. “Pak…, ini zakat saya, mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk keluarga bapak.” “Terima kasih pak…., semoga Allah membalas kebaikan bapak.” “Saya justru berterima kasih sama bapak. Ini bukan hak saya, tapi hak bapak” Lelaki tua itu menuju ke mobilnya dan segera meninggalkan komplek perumahan yang teduh itu….., sambil memberikan senyum lembut kepadaku. Aku seperti melihat sosok waliyullah sedang mengendarai mobilnya…. Amplop itu kubuka, isinya uang, saya hitung jumlahnya empat ratus ribu….. Saya benar-benar shock…. uang sebanyak itu…. Alhamdulillah , terima kasih ya Allah…. buat apa lagi uang ini…. Isteriku sudah kubelikan baju dan sendal baru, si Mimin sudah kubelikan seragam sekolah madrasah……, aku sendiri…? Buat apa pakaian baru, wong kerjaku cuma pemulung…. Ya Allah begitu banyak hadiah lebaran yang kau limpahkan padaku …. Terima kasih ya Allah…. Malam lebaran 2009

0 comments:

Pelawak Indonesia Popular

Pelawak Indonesia Popular